Selasa, 17 Oktober 2017

Perang Salib 2



Perang salib II (1146-1148)
Setelah kejatuhan Yerusalem dan kemunduran Islam, tahun 1128 menjadi sebuah titik balik. Sultan Rum di Asia Kecil Turki menunjuk Imaduddin Zangi sebagai Atabeg Mosul dan Aleppo. Zangi menerima tanggung jawab itu , ia meminta Sultan untuk memberinya otoritas mutlak atas seluruh Suriah dan Irak Utara, yang kemudian membuat penduduk di kedua wilayah tersebut untuk mendukung secara penuh operasi-operasi militer yang akan dilakukan.

Pada bulan November 1144, pasukan Zangi mengepung Edessa yang sedang dikuasai oleh orang Kristen. Edessa kemudian menyerah dan Zangi menghancurkan pemerintahan Kristen. Ini adalah sebuah kemenangan yang mengharumkan nama Zangi sekaligus menjadi pahlawan Islam. Jatuhnya Edessa adalah kekalahan yang menyakitkan bagi orang Kristen, baik yang berada di barat maupun timur.

Kabar tentang kejatuhan Edessa mengejutkan orang-orang Kristen di Eropa Barat. Paus Eugenius dan Raja Perancis Louis VII menyerukan perang salib baru. Seruan ini kemudian didukung oleh Bernard, kepala biara dari Clairvaux. Saat itu Bernard bisa kita anggap orang yang paling berkuasa secara de facto di Eropa. Raja Perancis berada di bawah pengaruhnya, sedangkan Paus Eugenius adalah anggota dari ordo religius yang dipimpinnya. Pamor kekuasaanya begitu kuat karena kefasihannya yang kharismatik.

Sebagai respon, Paus Eugenus III memanggil Perang Salib baru, yang diserukan di Prancis dan Jerman oleh St. Bernard dari Clairvux. Raja Perancis, Louis VIII, dan istrinya, Eleanor dari Aquitaine, segera merespon, meskipun Kaisar Jerman, Conrad III, harus dibujuk terlebih dahulu.

Kaisar Byzantine saat itu, Manuel Comnenus, juga mendukung perang salib, meskipun dia tidak menyumbangkan pasukannya. Kaum Kristen merasa harus melawan balik. Penaklukan Edessa oleh Zangi dipandang sebagai langkah pertama bagi penaklukan Islam di Eropa. Edessa hanyalah sebagai awal. Pihak Kristen mulai sadar di tahun-tahun belakangan ini bahwa kemenangan Zangi adalah bukti akan besarnya kekuatan Islam yang tak akan bisa dikalahkan. Kaum Kristen merasa begitu terancam dan Bernard menggambarkan bahwa saat itu adalah titik balik dalam sejarah.

Meskipun pada suatu waktu Perang Salib ini melibatkan pasukan terbesar, Perang Salib kedua ini tidak diikuti oleh antusiasme seperti antusiasme pada Perang Salib yang pertama, karena pada saat itu Yerusalem masih dikuasai Kristen. Jalannya kampanye kedua ini juga dipenuhi kepentengan-kepentingan dari pihak yang terlibat, yang kesemuanya menghambat kemajuan. Terjalnya perjalanan juga semakin menambah kesulitan.

Raja Jerman yang bernama Conrad adalah salah satu pemimpin tentara salib jilid kedua ini. Conrad adalah raja yang sudah tua dan mempunyai permasalahan dengan kesehatannya. Ia telah melaksanakan perang membela gereja dengan melawan kaum paganis Slav dan Wend di Eropa Timur. Selain itu Conrad juga telah memerangi musuh-musuh Paus di Italia. Pada akhir Mei 1147, pasukan besar Conrad berangkat melalui Eropa Timur menuju Konstantinopel.

Orang-orang Eropa terpana melihat besarnya pasukan yang mencapai 20.000 orang. Bersama Conrad, ikut juga pasukan raja budak dari Bohemia dan Polandia. Para bangsawan Jerman dipimpin oleh Frederick dari Swabia. dan bersumpah untuk menguasai Byzantium yang dipimpin oleh kaisar Manuel.

Pada 8 Juni, giliran pasukan Perancis berangkat. Louis adalah seorang pemuda berumur 26 tahun saat itu dan merupakan pewaris tahta Perancis. Istri Louis, Eleanour, juga ikut serta. Eleanor adalah salah seorang pemilik tanah terbesar di Eropa yang berada di selatan Perancis.

Lebih setahun kemudian, pada Februari 1148, tentara salib yang telah lelah berjuang untuk memasuki pelabuhan Byzantium di Attalia. Mereka harus memutuskan apakah tetap melalui jalur darat, dilanjutkan melalui laut atau membelah pasukan sebagian lewat darat dan sebagian lewat laut. Kesulitan yang mereka hadapi jauh lebih sulit daripada para pendahulu mereka.

Dari pengalaman pahit sebelumnya, Kaisar Manuel tahu dengan kedatangan tentara salib di wilayah Byzantium akan mengundang pasukan Turki Saljuk yang masih segar untuk menyerang. Manuel tak ingin terlibat masalah ini. Karena itu Manuel membuat perjanjian dengan Mas’ud, Sultan Rum atau Turki Saljuk sebelum tentara salib sampai di Byzantium.

Pada 20 Juli, pasukan Conrad telah sampai di Konstantinopel . Menurut mereka, orang-orang Byzantium dan Kaisar Manuel telah berkhianat. Tak heran jika Manuel tidak membantu tentara salib ini. Pasukan Conrad telah menjarah Byzantium bahkan Conrad sendiri mengancam akan menduduki Byzantium. Jadi tak ada alasan Byzantium untuk membantu tentara salib walau mereka sama-sama beragama Kristen.

Pada tanggal 19 Maret 1148, pasukan Louis telah tiba di pelabuhan St. Simeon. Kaisar Conrad jatuh sakit dan harus kembali ke Konstantinopel. Conrad kemudian dirawat dengan penuh kasih oleh Kaisar Manuel, seorang kaisar yang pernah diancam Conrad sebelumnya. Maka sekarang hanya Louis, pemimpin satu-satunya yang berhasil mencapai Antiokhia dan disambut secara hangat oleh Pangeran Raymund penguasa Antiokhia.

Pangeran Raymund mempunyai harapan yang besar dengan adanya tentara salib ini. Raymund yang merasa terancam dengan perkembangan Nuruddin dan terus mengawasinya. Kota muslim Aleppo hanya berjarak 50 mil dari Antiokhia. Sebuah serangan mendadak tentara salib ke Aleppo diusulkan Raymund kepada Louis. Namun Louis menolak usulan ini. Louis bersikeras ia sedang melakukan perjalanan ziarah dan tidak dapat menyerang secara besar-besaran sebelum berdoa di makam suci.

Karenaa tidak mampu untuk sampai ke Edessa, para Prajurit Salib berkonsentrasi untuk mengambil alih Damaskus. Setelah Louis melakukan ziarah, pada Juli 1148, kemudian diputuskan tentara salib dan tentara kerajaan Yerusalem menyerang Damaskus, satu-satunya sekutu kaum Frank di timur di tengah-tengah wilayah kekuasaan Islam yang mulai bangkit. Serangan ini menguatkan Nuruddin. Ketika melihat Damaskus dikepung oleh tentara salib bekas sekutunya, Amir Damaskus kemudian meminta bantuan Nuruddin. Dengan begitu, aliansi Nuruddin justru lebih kuat daripada sebelumnya.

Tentara Salib memilih untuk menyerang Damaskus dari timur, dimana kebun akan memberi mereka makanan konstan. Mereka tiba pada tanggal 23 Juli, dengan pasukan Yerusalem di garis depan, diikuti dengan Louis dan lalu Conrad sebagai penjaga belakang. Orang Muslim bersiap untuk serangan dan langsung menyerang pasukan yang maju menuju perkebunan. Pasukan Salib mampu melawan mereka dan mengejar mereka kembali ke Sungai Barada dan menuju Damaskus; setelah tiba diluar tembok kota, mereka langsung menyerang Damaskus. Damaskus telah meminta bantuan dari Saifuddin Ghazi I dari Aleppo dan Nuruddin dari Mosul.

Pengepungan Damaskus adalah sebuah kegagalan besar, yang hanya mampu mengepung beberapa hari saja. Pada mulanya tentara salib mengalami kemajuan dengan menaklukkan sebagian perkebunan buah di luar kota. Kemudian kaum Frank Yerusalem mengusulkan untuk memindah posisi tentara salib di bawah benteng agar tentara muslim tidak dapat berlindung di pohon-pohon. Ternyata posisi ini justru fatal bagi tentara salib dan mereka menuduh kaum Frank Yerusalem telah menerima suap dari Nuruddin. Di saat yang kacau itu, pasukan bantuan Nuruddin datang. Kaum Frank Yerusalem berusaha membujuk tentara salib untuk mengakhiri pengepungan. Tentara salib mundur kembali Pertama Conrad, lalu sisa dari pasukan, memilih untuk mundur ke Yerusalem.

Kegagalan dari Perang Salib kedua begitu mematahkan semangat, dan banyak di Eropa merasa bahwa Kekaisaran Byzantine merupakan halangan dalam mencapai kesuksesan. Kegagalan ini juga merupakan tiupan moral yang kuat bagi Pasukan Muslim yang telah berhasil secara sebagian mengurangi kekalahan mereka di Perang Salib pertama.

Posisi dari negara bagian para Prajurit Salib saat itu lemah, dan di tahun tahun selanjutnya mereka dikelilingi oleh kekuatan Muslim yang telah berkonsolidasi yang diikuti oleh hancurnya Kalifah Fatimid di Mesir.

Perang Salib 1


























Asalamu’alaikum, pembaca yang berbahagia, karena sedang demam demamnya terhadap perang salib, saya memutuskan menulis tentang perang salib, so enjoy it! ;)

Perang salib pertama ditandai khotbah Paus Urbanus pada konsili Clermont, pada tanggal 25 November 1095, tepatnya di Perancis sana.

Council of Clermont
Bermula pada tahun 1088, Urbanus II, orang Perancis, menjadi Paus. Kepausannya itu ditandai dengan pertikaian raja Jerman, Henry IV dengan Paus Gregorius VIII. Paus Urbanus  tidak ingin meneruskan pertikaian ini. Tetapi ia ingin menyatukan semua kerajaan Kristen. Paus Urbanus mengadakan khotbah pada konsili Clermont dikarenakan ia ingin mempersatukan raja raja yang berselisih di Eropa.

 Lalu tidak ada badai tidak ada hujan, Konstantinopel dengan rajanya Kaisar Alexius, mengirim utusan yang intinya meminta bantuan gereja barat (Vatikan .red) untuk mengalahkan Turki Seljuk yang telah mengalahkan Gereja Timur (Byzantium .red) dalam pertempuran manzikert.

Urbanus melihat bahwa adanya musuh bersama ini akan membantu mencapai tujuannya.

Pope Urbanus ii
"Telah tersebar sebuah cerita mengerikan ... sebuah golongan terkutuk yang sama sekali diasingkan Allah ... telah menyerang tanah (negara) orang Kristen dan memerangi penduduk setempat dengan pedang, menjarah dan membakar." Ia berseru: "Pisahkanlah daerah itu dari tangan bangsa yang jahat itu dan jadikanlah ia sebagai milikmu."
"Deus vult! Deus vult! (Allah menghendakinya)," teriak para peserta. Hingga akhirnya ungkapan itu menjadi Slogan pasukan salib.

Dan untuk mendorong tentara Perang Salib, Urbanus meyakinkan para pejuang itu bahwa dengan melakukan perang, mereka akan langsung masuk surga, atau sekurang-kurangnya dapat memperpendek waktu di api penyucian.

Maka ditegakkanlah panji panji, dan diangkatlah pedang. Mereka juga membawa salib sebagai simbol bahwa perang ini adalah perang yang suci, yang akhirnya dinamakan perang salib.

Godfrey dari Boullion dan Baldwin saudaranya, bersama pasukannya merupakan rombongan pertama yang meninggalkan Eropa pada bulan Agustus 1096.

Beberapa minggu kemudian Bohemund dan keponakannya Tancred, berlayar menuju Konstantinopel dengan sepasukan bersenjata lengkap dan terlatih.

Setelah dua rombongan pasukan salib berangkat, Raymund dari st Gilles berangkat menuju Konstantinopel bersama pasukannya.

 Oh iya pada perang salib yang pertama ini bangsa yang mewakili umat Kristen yang paling berpengaruh memerangi Islam adalah bangsa Frank. Yup bangsa Frank, kenapa bukan bangsa Italia yang jelas jelas lebih dekat dengan Roma dan Vatikan? Terdapat beberapa versi.

Versi pertama : bahwa mereka memiliki keterkaitan yang dalam terhadap Yarusalem. Bangsa Frank yang menguasai Prancis adalah keturunan dari Yesus kristus dan Maria Magdalena. Ketika Yesus wafat di salib, Maria Magdalena sedang mengandung anak Yesus dan lari dari Yarusalem ke Prancis bersama pamannya.

Versi kedua : ketika dinasti Umayyah dengan panglima terkenalnya Tarik ibn Ziyad, menginvasi Spanyol (Iberian Peninsula) dan sekaligus mendirikan dinasti Umayyah dua yang berpusat di Cordoba, dinasti Carolingen (Charlemagne .red) dari bangsa Frank adalah dinasti yang dikalahkan dominasinya oleh dinasti Umayyah di wilayah Andalusia. Karena ketika dinasti ini memerintah di Eropa islam masuk pada ke Andalusia pada tahun 732. Bangsa Frank terkesan ingin melancarkan balas dendam terhadap muslim atas kejadian itu.  

Okay lanjut ke materi.

Emp. Alexius
Di Konstantinopel mereka telah ditunggu oleh kaisar Byzantium yaitu Alexius yang telah terdesak akibat ekspansi Turki Saljuk atas wilayahnya. Tetapi kedatangan pasukan salib menimbulkan suatu kekhawatiran bagi Alexius, dia khawatir apabila pasukan salib berhasil memukul mundur pasukan Turki Saljuk maka mereka akan meminta daerah tersebut menjadi wilayah mereka. Karena itu, ia mengusulkan agar selama para pasukan itu di Timur mereka harus bersumpah padanya dan menerimanya sebagai raja mereka.

Serangan pertama pasukan salib terjadi pada bulan Mei 1097, pasukan salib bergabung dengan pasukan Byzantium menyerang Nicaea yang dikuasai oleh Turki Saljuk dibawah Kilij Arslan. Mereka berhasil menghancurkan pasukan Turki Saljuk di Nicaea dengan waktu yang sangat singkat dan berhasil menguasai daerah tersebut atas nama Kaisar Alexius.

Baldwin 1 of Eddesa
Pada tanggal 18 Juni mereka berhasil menaklukan Nicaea dan tahun 1098 menguasai Raha (Edessa). Pasukan Salib yang dipimpin oleh Baldwin menyerang Edessa dan berhasil menguasai kota tersebut dari Turki Saljuk. Dan di Edessa mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldwin sebagai rajanya.

Bohemund of Antioch
Lalu dilanjutkan oleh pasukan Bohemund yang berhasil memasuki Antiokia, dan menghancurkan tentara Turki dengan bantuan pengkhianat Armenia Muslim, Firouz. Tetapi keberhasilan ini dikejutkan dengan keberadaan pasukan Karbuga yang telah mengepung mereka di luar benteng dengan persenjataan lengkap. Sedangkan pasukan salib berada dalam keadaan yang sulit, keadaan fisik yang lemah akibat peperangan sebelumnnya dan persediaan makanan yang menipis. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirirkan kerajaan Latin II di Timur. Bohemund dilantik menjadi rajannya.

Tetapi Peter Bartholomew dan St Andrew berhasil membangkitkan semangat tentara salib dengan khotbah-khotbah mereka. dan akhirnya pasukan salib berhasil mengalahkan pasukan Kerbuqa dan dapat menguasai Antiokia pada tanggal 28 Juni 1098.

Godfrey of Jerussalem
Pada tanggal 7 Juni 1099, Tentara salib tiba di benteng kota Yarusalem. Pada 15 Juli, para penyerbu menggempur kota, membantai semua penduduk tanpa membeda-bedakan usia dan jenis kelamin, sehingga “tumpukan kepala, tangan, dan kaki bisa disaksikan diseluruh jalanan dan alun-alun kota. Setelah pengepungan itu berhasil dan mengalahkan pasukan muslim, maka mereka mendirikan kerajaan Latin III di Yerusalem dengan rajanya yaitu Godfrey.

Selama terjadi penyerangan di atas, kesultanan Saljuk sedang dalam kemunduran. Perselisihan antara sultan-sultan Saljuk memudahkan pasukan salib merebut wilayah-wilayah kekuasaan islam. Dalam kondisi seperti ini muncullah seorang sultan Damaskus yang bernama Muhammad yang berusaha mengabaikan konflik internal dan menggalang kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk mengusir pasukan salib. Baldwin, penguasa Yerusalem pengganti Goldfrey, dapat dikalahkan oleh pasukan Saljuk ketika ia sedang menyerang kota Damaskus.

'Imad- ed- Din Zangi
Sepeninggal Sultan Mahmud, tampillah seorang perwira muslirn yang cakap dan gagah pemberani. Ia adalah Imaduddin Zangki, seorang anak dari pejabattinggi Sultan Malik Syah. Atas kecakapannya, ia menerima kepercayaan berkuasa atas kota Wasit dari Sultan Mahmud. Belakangan penguasa Mosul dan Mesopotamia juga berlindung kepadanya. la menerima gelar Attabek dari khalifah di Bagdad. Ia telah mencurahkan kemampuannya dalam upaya mengembalikan kekuatan pemerintahan Saljuk dan menyusun kekuatan militer, sebelum ia mengabdikan diri di kancah peperangan salib.

Nur-ed-Din Zangi
Masyarakat Aleppo dan Hammah yang menderita di bawah kekuasaan pasukan salib berhasil diselamatkan oleh Imaduddin Zangki setelah berhasil mengalahkan pasukan salib. Tahun berikutnya ia juga berhasil mengusir pasukan salib dari al- Asyarib. Satu-persatu Zangki meraih kemenangan atas pasukan salib, hingga ia merebut wilayah Edessa pada tahun 539 H/1144 M.

Penaklukan Edesa merupakan keberhasilan Zangki yang terhebat. Oleh umat Kristen Edessa merupakan kota yang termulya, Dalam penaklukan Edessa, Zangki tidak berlaku kejam terhadap penduduk sebagaimana tindakan pasukan salib.

Kepemimpinan Imaduddin Zangki digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin Zangki. Ia bukan hanya seorang prajurit yang cakap, sekaligus juga ahli hukum, dan juga seorang ilmuan.

Dan di dalam pasukanya terdapat sosok Salahudin Al Ayyubi putra Najammudin yang akan bersinar bagai permata dan menjadi pahlawan umat islam pada Perang Salib 2.

Perang salib 1 diakhiri dengan Direbutnya jerussalem dari tangan orang islam.

Sabtu, 14 Oktober 2017

Perang Mohacs, Sulthan Sulaiman Al-Qanuni

Perang MOHACS, Tawakkal dan Trauma Barat


Perang MOHACS

21 Dzul Qa’dah 932H atau tepat pada 29 Agustus 1526 M.  ingatlah tanggal dan tahun ini, tanggal yang sangat menyesakan Eropa dan kerajaan-kerajaan Kristen lainnya, yang membuat mereka trauma sekaligus mewariskan dendam kepada generasi setelahnya.

Trauma apa gerangan? Trauma dan dendam atas kekalahan mereka dalam Perang MOHACS.Mohacs adalah sebuah lembah di Hungaria tempat perang berlangsung.

Perang ini berawal dari dibunuhnya utusan Sultan Turki Utsmani yang hendak mengambil jizyah  dari  Raja Hungaria saat itu, Raja Luis II yang sudah turun-temurun sampai masa Sultan Salim I, karena Raja Luis II merasa pengganti Sultan Salim I Sulaiman Al-Qanuni adalah anak belia berusia 26 tahun  yang tidak mungkin bisa melawan dan tidak sekuat bapaknya. Maka dibunuhlah utusan atas dukungan dari  Vatikan.

Peristiwa ini membuat Sultan Sulaiman marah besar, lalu ia mempersiapkan pasukan perangnya dan bergegas ke Hungaria dengan pasukan kurang lebih 100.000 mujahid  dengan 350 meriam dan 800 kapal perang.

Dalam iperjalanan ke Hungaria, pasukannya mampu menundukan Benteng Belgrade (Ibu kota Serbia sekarang). Sedangkan Pasukan Eropa bermodalkan 200.000 pasukan berkuda, 35.000 diantaranya lengkap dengan senjata dan baju besi.

Pasukan Sulaiman Al-Qanuni  melewati sungai yang terkenal dan menunggu di lembah Mohacs selatan Hongaria dan timur Rumania menanti pasukan Eropa yg terdiri dari Hongaria, Rumania, Kroasia, Buhemia, Kekaisaran Romawi, Negara Kepausan, Polandia, Italia, Spanyol,  Swis, Luksmbur, hampir seluruh daratan  Eropa kecuali Britania, Portugal, sebagian Prancis,  dan Skadinavia.

Pagi 21 dzul Qa’dah Sultan Sulaiman  mengimami shalat Fajar  setelah malamnya ia habiskan untuk berdo’a dan munajat . Beliau mengumpulkan para tentara Islam dan memandanginya dengan bangga. Setelah mengucapkan  salam, tidak terasa air mata mengalir di pipi sultan muda ini, seraya iya mengatakan:

“ ” وكأني برسول الله صلى الله عليه وسلم ينظر إليكم الأن

(Saya saat ini seperti dalam posisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam menyaksikan kalian semuanya). Ucapan Sultan Sulaiman membuat tentara Islam  pecah dalam tangisan, meraka saling memeluk satu dengan yang lainnya seraya  saling berjanji bertemu kembali di dalam Surga.

Kekuatan tawakal memenuhi dada seluruh mujahid Islam, tidak ada yang mereka inginkan kecuali hidup mulia atau mati syahid.

Dengan izin Allah, kekauatan tawakkal, dan strategi perang yang brilian,  pasukan Muslim mampu meluluh lantahkan kepongahan barat tidak lebih dari satu setengah jam. Pasukan berkuda pilihan Sultan  Sulaiman di garda paling depan  langsung berhadapan dengan pasukan elit Barat, ketika ada isyarat  tertentu  pasukan terdepan itu tiba-tiba mundur semuanya kearah kanan dan kiri  pasukan meriam Sultan yang tidak disadari oleh pasukan Barat, mereka mengejar seperti angin topan.

100.000 pasukan Barat terjebak oleh strategi Sultan Sulaiman sehingga mereka tanpa sadar berada  di tengah-tengah meriam pasukan muslimin dan langsung menghujaninya  dari setiap penjuru tanpa ampun, mereka luluh lantah seperti semut di ranting yang dibakar api dari bawah.

Ribuan  Tentara Barat yang masih di belakang lari kabur terbirit-birit dan tenggelam  mati di sungai, termasuk Raja Luis II.

Berakhirlah perang dengan tewasnya Raja Hongaria Louis II beserta para uskup yang tujuh orang mewakili Nasrani dan utusan Paus dan 70 ribu pasukan. Disamping itu, 25.000 ditawan dalam keadaan terluka.

Muslimin memasuki Budapest, Ibu Kota Hungaria dengan lantunan takbir bertepatan dengan Iedul Adha setelah mereka lantunkan hal  yang sama di Belgrade Serbia.

Kemenangan Utsmaniyah menyebabkan perpecahan Hongaria untuk selama beberapa abad di antara Kesultanan Utsmaniyah, Monarki Habsburg dari Austria dan Kerajaan Transilvania. Kematian Lajos II ketika menyelamatkan diri dari pertempuran menandakan akhir dinasti Jagiellon, dan dinasti ini kemudian bersatu dengan Habsburg melalui pernikahan dengan adinda Lajos.