Jumat, 12 Mei 2017

Dinasti Mughal

A.Islam Masuk ke India.

Ekspedisi muslim untuk mecapai India sebenarnya tidak dilakukan sekali saja, tetapi terjadi beberapa kali.[1] Pada abad I H, ketika umat islam dipimpin khalifah Umar bin al-Khattab, Islam telah masuk ke India. Kesuksesan umat islam mencapai India ditandai dengan keberhasilan Muawiyah I merebut lembah Sind di bawah pimpinan Muhallab bin Abi Sufrah yang maju dengan pasukan besarnya dari Basrah pada tahun 663 M.[2]

Ekspedisi pasukan Islam ke India berikutnya terjadi pada zaman al-Walid, di mana muhammad al-Qasim al-Tsaqaf (705 M), pada waktu itu atas nama wali negeri Irak meneruskan ekspedisi Islam sebelumnya. Ada yang menyebutkan bahwa tujuan al-Qasim ke India untuk membebaskan pedagang muslim yang dirampok oleh kawanan perampok India yang waktu itu berada dalam perlindungan raja Dahar. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa ia ke India waktu itu adalah karena diutus oleh khalifah di Damaskus (al-Walid) untuk memadamkan pemberontakan yang dilakukan oleh Zahir bin Shasha, wali negeri Sind. Setelah al-Qasim berhasil memadamkan kudeta yang dilancarkan oleh Zahir bin Shasha,[3] al-Qasim kemudian diangkat menjadi wali negeri Sind.[4]

Ketika pemerintahan umat Islam berpindah ke dinasti Abbasiyah, Khalifah al-Mansur (760 M) juga melakukan ekspansi ke India, dia mengutus panglima Hisyam bin Amru al-Tighlabi bersama pasukan dari Baghdad untuk memadamkan pemberontakan wali negeri Sind, yaitu Uyainah bin Musa. Hal yang sama juga dilakukan oleh laksamana Abdul Malik bin Syihab al-Masmai pada masa pemerinytahan khalifah al-Mahdi, ia berhasil merebut bandar Veraval, Khatiawar. Sedang angkatan daratnya merebut bandar Gujarat, bandar Broaeh dan menumbangkan dinasti Maitraka (766 H). Meskipun sudah dilakukan beberapa kali ekspansi oleh umat Islam tetapi hal tersebut belum mampu mencapai pusat kekuasaan negeri India tersebut.

B.Era Mughal di India.

1.Para Penguasa kerajaan Mughal.

a.Babur (1526-1530).

Secara umum babur dari pendapat sejarawan dapat dikatakan bahwa Babur adalah pendiri dinasti Mughal. Babur adalah seorang Turki Chagahai yang masih memiliki hubungan darah atau keturunan Timur Lenk. Pada tahun 1500, Babur menjadi penguasa Farghanah yaitu menggantikan Ayahnya Umar mirza bin Abu Said.

Babur memiliki keinginan besar menguasai seluruh wilayah Asia tengah, namun sempat terhalang oleh kekuasaan Syaibani di Uzbekistan, bahkan pada tahun 1504 ia sempat kehilangan Farghanah. Itulah sebabnya ia kemudian menguasai Kabul. Sebagai kompensasi atas kegagalannya menguasai tanah airnya sendiri, ia menerima tawaran dari sebuah kelompok yang tidak puas terhadap Ibrahim Lodi. Sehingga pada pertempuran Panipath (1525), ia memperoleh kemenangan atas Ibrahim Lodi dan berhasil merebut Delhi.

Setelah berkuasa di wilayah Delhi, kemenangan demi kemenangan ekspansi didapatkan oleh pasukan Babur. Selanjutnya pasukan Babur dapat menguasai Gogra dan Bihar dari tangan Mahmud Lodi (saudara Ibrahim Lodi) pada 1529. Babur meninggal dunia pada tahun 1530. Konon Babur kurang menyukai India dan sering rindu kampung halamannya.[5]

b.Shah Jahan (1627-1658).

Dalam catatan sejarah, Shah Jahan atau yang dikenal dengan Khurram adalah seoran g sultan yang suka bidang puisi dan arsitektur. Karenanya, hingga akhir hayatnya ia dikenal sebagai seorang sultan yang romantis. Ia mengabadikan namanya dan nama permaisurinya, yaitu Muntaz Mahal dalam makam Taz Mahal di Agra. Pada masa pemerintahan Shah Jahan ini, sudah ada orang Portugis di India. Para pemukim Portugis banyak yang telah menyalahgunakan kebaikan yang diberikan oleh penguasa Mughal. Akhirnya Shah Jahan marah dan mengusir mereka, serta merebut kembali tempat pemukiman mereka di Hughli Benggala (1632). Sayang sekali pada masa akhir-akhir kekuasaanya, timbul fitnah antara kedua orang putera Shah Jah

c.Aurangzeb (1658-1707).

Dua bersaudara anak dari Shah Jahan, Aurangzeb dan Dara Shikah, merupakan dua orang yang memiliki kepribadian dan pandangan yang berbeda dalam beragama. Dari keduanya, Aurangzeb yang dianggap banyak tampil dan berperan dalam perjalanan sejarah dinasti Mughal. Tetapi pada kondisi politik di abad ke-17 dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya mulai mengurangi kebesaran dinasti Mughal.

Aurangzeb tampaknya harus menyeleseikan banyak tugas berat yang melanda dinasti Mughal. Meskipun wilayah kekuasaan dinasti Mughal sangat luas dan pendapatan negara semakin meningkat, namun pada abad ke-17 itu menandai awal dari berakhirnya kekuasaan muslim di India. Hal tersebut dipengaruhi pula oleh dinamika politik yang terjadi di India yang secara realistik mengalami perubahan-perubahan.

C.Kemajuan Yang Dicapai.

1.Bidang Administrasi.

Dalam kaitannya dengan bidang administrasi, Pemerintahan Mughal di India membagi wilayahnya menjadi 20 provinsi. Yang setiap-setiap provinsi dikepalai oleh seorang gubernur yang bertanggung jawab kepada sultan, pemerintahan Mughal juga memiliki tata cara administrasi, gelar resmi serta tata mata uang yang seragam. Bahasa resmi di tingkat birokrasi pemerintahan dan dalam dokumen-dokumen resmi kenegaraan memakai bahasa Persia.

Selanjutnya untuk melaksanakan kebijkan pemerintahan, para penguasa biasanya dibantu oleh beberapa dewan, seperti a Diwan a Khalisa yang bertugas mengurus wilayah, a Diwan-I tan yang bertugas mengangkat dan menempatkan para aparat pemerintah daerah, the Mir Bahhsiyang bertugas mengurus militer dan merekrut calon pejabat. Di samping itu, ada juga jabatan Sadar al-sudur yang bertugas mengurus masalah keagamaan. Untuk pelayanan masyarakat dikelola oleh suatu badanyang bernamaMansabdari. Dilihat dari sini, bahwa sistem pemerintahan Mughal sudah relatif tertata, itu adalah perjalanan yang bagus untuk pemerintahan yang maju.

2.Bidang Ekonomi.

Pemerintahan Mughal di India juga memajukan bidang ekonomi,[6] di mana saat itu kerajaan Mughal berhasil mengembangkan program pertanian serta program yang lainya, sehingga sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Dari hasil pertanian ini yang kemudian menjadi komoditi ekspor Mughal ke berbagai kawasan seperti, Eropa, Afrika, Arabia dan Asia Tenggara. Ensiklopedi Islam[7] menyebutkan bahwa, sejumlah komoditas andalan tersebut di antaranya adalah kain, rempah-rempah, opium, gula, garam, wol dan parfum.

Sementara itu dalam dunia intelektual, ada kemajuan yang dialami oleh pemerintahan dinasti Mughal di India. Studi-studi di bidang yang di anggap keilmuan “ non agama “ seperti logika, filsafat, geometri,geografi, sejarah, politik, dan matematika di galakkan. Semangat itu juga di tunjang dengan di bangunnya berbagai sarana-sarana pendidikan. Pada zaman pemerintahan Mughal dipimpin oleh Syah Jahan dan Aurangzeb, mereka membangun sekolah-sekolah tinggi, di samping juga pusat pengajaran di Lueknow. Kualitas pendidikan madrasah yang muncul pada periode-periode selanjutnya yaitu Madrasah Deoband. Ini membuktikan bahwa dunia intelektual pemerintahan Mughal di india cukup eksis.

3.Bidang Keagamaan

Secara umum para penguasa ( sultan ) Mughal beraliran madzab Sunni. Bahkan sebagian mereka terkenal ortodoksinya. Di antara mereka ini adalah Jahangir, Syah Jahan dan Aurangzeb. Aurangzeb bahkan paling tampak ortodoksinya. Dalam bidang keagamaan ini terutama zaman Jahangir, muncul seorang mujaddid terkemuka,Syekh Ahmad Sirhindi, ia mempraktekkan tarekat Naqsabandiyah. Meskipun sebagian penguasa cenderung terhadap ortodoksi Sunni,saat itu juga muncul pemikiran sintesa dalam agama.

Dari penjelasan kita bisa membuat kesimpulan bahwa di kerajaan Mughal india saat itu berkembang dua model keagamaan, yang pertama keagamaan yang bersifat legalistic, ortodoks, dan formal, yang di wakili oleh Dara Shikah. Bila di cermati kedua model keagamaan ini muncul sebagai respon dari adanya kekuatan eksternal Hinduisme, yang merupakan keyakinan masyarakat India sebelum kedatangan Islam.

4.Bidang Karya Seni dan Arsitektur

Di masa pemerintahan Islam di India, Mughal, muncul hasil karya-karya yang indah. Para penguasanya banyak yang menyukai keindahan. Itu terlihat misalnya pada sikap m ereka terhadap sepak terjang dalam dunia arsitektur. Dalam kaitannya dengan karya seni arsitektur inilah,dengan sintesa yang dilakukannya, berdirilah bangunan Fetehfur Sikri di Sikri Lae Qila dan Masjid Jama di Delhi, makam Jahangir dan taman Shalimar di Lahore serta Taj mahal di Agra, bangunan yang indah dan megah yang hingga kini masih sering dikunjungi wisatawan dari nerbagai Negara.

Demikian juga di bidang seni, saat itu sejumlah karya para penyair seperti Urfi, Naziri, dan Zunuri, menduduki posisi-posisi tinggi dalam sejarah puisi Persia. Puisi-puisi karya mereka bukan saja memiliki karakter tersendiri tetapi juga mengandung filsafat hidup. Salah seorang penyair sufi alegoris Hindu decade pertama Mughal di antaranya adalah Malik Muhammad Jaisi, sementara itu seorang penyair lain yang hidup pada masa Jahangir adalah bernama Tulib Amuli.[8]

D.Periode Kemunduran Mughal

Sebagai dinasti Islam paling besar di negeri India, pemerintah Mughal memang paling sering disebut sebagai salah satu dari tiga dinasti besar terakhir dalam Islam yang berada di wilayah India. Tetapi sayang sekali kesuksesan yang sudah diraih hampir dua abad hingga dinasti Mughal berada dalam kejayaan itu, para penerus Aurangzeb tidak sanggup lagi mempertahankan kebesaran dan kejayaan yang telah di bina oleh sultan-sulatan sebelumnya. Karena itu tangga-tangga penurunan pemerintahan ini mulai tampak.

Terdapat beberapa factor penyebab kemunduran dinasti ini, yaitu:

a.Faktor Internal

pada tahun 1707 M, Sultan Aurangzeb meninggal dunia,dia termasuk sultan yang terakhir yangmasih memiliki pengaruh di dinasti Mughal di india. Setelah itu Muazzam sebagai putra sulung dari Aurangzeb yang menggantikan posisi ayahnya sebagai penguasabaru dinasti Mughal. Sebelum hanya dia sebagai penguasa di Kabul. Muazzam bergelar Bahadur Syah (1707-1712M). muazzam yang berpaham Syi’ah,mendapatkan tantangan dari penduduk Lahore disebabkan memaksakan penduduknya untuk berpaham seperti dirinya.[9] 

Kenyataan menjadi lain ketika Aurangzeb meninggal dunia,putra sulung Aurangzeb,Muazzam mempunyai ambisi besar untuk menguasai seluruh daerah kekuasaan ayahnya. Ini ia terbukti dengan Muazzam mulai merebut daerah yang sudah diberikan kepada adiknya, tanpa mempertimbangkan wasiat dari ayahnya.[10] Muazzam menghimpun kekuatan dengan jumlah yang besar untuk menghadapi kedua saudaranya, perang saudarapun tidak bias di elakkan. Sehingga perpecahan keluarga istana Mughal yang semula dihindari oleh Aurangzeb justru menjadi kenyataan dengan peperangan ini.

Muazzam juga mendapatkan tantangan dari kalangan Hindu yang tidak menyukai pemerintahan Muazzam. Dan setelah Muazzam yang bergelar Bahadur Syah meninggal, terjadi pula perebutan kekuasaan dari kalangan istana. Bahadur Syah di gantikan oleh Azimus Syah,putranya sendiri.

Pada masa pemerintahan Azimus Syah ini,ia mendapatkan tantangan dari Zulfikar Khan, putra Azad Khan,wazir Aurangzeb. Ketika Azimus Syah meninggal dunia,dia di gantikan oleh putranya Jihandar Syah. Jihandar Syah pun mendapatkan tantangan dari adiknya yang bernama Farukh Siyar. Farukh bahkan dapat mengalahkan kakaknya. Farukh Siyar memerintah dengan dukungan kelompok sayyid. Akan tetapi dia pun harus tewas ditangan pendukungnya sendiri tahun 1719 M. Sebagai gantinya di angkat Muhammad Syah ( 1719-1748 M ), yang akhirnya di usir oleh Nadir Syah dari Persia.[11]Ini merupakan gambaran riil bahwa kemunduran dalam dinasti ini tidak seluruhnya di sebabkan peperangan dengan musuh, tetapi nuansa pertikaian  internal cukup kental.

Perjalanan politik dinasti Mughal memang mengalami masa-masa yang jatuh bangun. Tantangan demi tantangan sebenarnya bukan saja terjadi di masa-masa terakhir dinasti ini. Di jaman sultan Humayun ( 1530-1556 M ) misalnya, pemerintahannya selalu mendapat tantangan dari Sher Khan, yang berakibat diserahkannya daerah Agra  kepada Sher Khan pada tahun 1539 M. dengan kemenangannya itu, Sher Khan berhak memakai gelar Sher Syah dengan wilayah Benggala, Bihar, Junpur, dan Agra. Keadaan ini tentu menjadi berkurangnya wilayah kerajaan Mughal.

Pada saat Akbar Khan ( 1556-1603 M ), putra Humayun memerintah,dia dihadapkan kepada tugas berat. Pada saat itu, Sher Syah , Ibrahim Sur, dan Sikandar Sur sedang berebut tahta. Saat itu pula Akbar juga mendapatkan ancaman yang datang dari Hemu, Menteri Hindu yang merebut Agra dan Delhi dari gubernur Mughal, Tardi Beg , di Barat laut, Mirza Muhammad Hakim, saudara seayah Akbar memerintah Kabul hampir melepaskan diri,Kasmir juga menjadi Negara merdeka di bawah dinasti muslim setempat. Artinya secara politis,Akbar harus berhadapan banyak persoalan kekuasaan di negerinya sendiri yang butuh penyelesaian segera.

Dalam kondisi demikian,Akbar lalu dengan sigap menyusun kekuatan yang tangguh, sehimgga satu persatu pemberontakan dapat di padamkan, termasuk menghancurkan Hemu pada tahun 1556 M.[12] Sehingga meskipun banyak tantangan, pemerintahan Akbar terbilang sukses secara politis.

Pengganti Akbar adalah Jahangir ( 1605-1627 M ),ia termasuk peguasa yang terkenal lemah ,lembut dan penyantun,sikapnya itu mendorong isterinya yang terkenal cantik ikut berperan dalam mengatur dan megendalikan pemerintahan. Kelemahan ini di manfaatkan oleh anaknya sendiri yang bernama Khurram memberontak kepada ayahnya dengan di bantu oleh panglima perang Mubahat Khan. Mereka menangkap Jahangir dan memenjarakannya dalam kamar tahanan di istana dan kemudian di damaikan oleh permaisurinya sendiri.[13]

Generasi penerus Jahangir adalah Shah Jahan ( 1628-1658 M ). Sebagaimana  pada pemerintahan sebelumnya, ia juga mendapatkan tantangan politik dari pihak lain. Di awal dia memerintah, raja Jukhar Singh Bundella telah menunjukkan sikap memberontak, inilah sebabnya Shah Jahan segera membuangnya seumur hidup. Bukan hanya itu saja,pada tahun kedua pemerintahannya, Shah Jahan mendapat tantangan dari Afgan Pir Lodi, tetapi perlawanannya dapat di padamkan, dan pimpinan pemberontak mati terbunuh pada tahun 1631 M di Tel Sehon.sehingga sebagian masalah dapat diselesaikan.

Tampaknya Shah Jahan harus bekerja keras lagi, karena di zaman pemerintahannya juga muncul pula kelompok pengacau portugis di benggala ( 1632 M ). Kelompok ini dapat  diusir dari dataran India pada tahun yang sama.[14] Kondisi politik semakin tidak stabil setelah Shah Jahan meninggal dunia, dimana semua anak laki-lakinya terlibat dalam perebutan kekuasaan yang di tinggalkan ayahnya.

Petikaian politik untuk merebutkan kekuasaan tersebut berlangsung selama sepuluh tahun. Konflik keluarga ini berawal dari peristiwa penumpasan pemberontakan di Dekkan.Shah Jahan menugaskan putranya yang ketiga, Aurangzeb untuk memimpin penumpasan. Setiap kali mencapai kemenangan, berita suka cita itu di sampaikan kepada ayahnya melalui perantaraan kakaknya sendiri yang bernama Dara. Tetapi setiap berita kemenangan di sampaikan ayahnya selalu menghalang-halangi  langkah majunya. Akhirnya Aurangzeb cudriga terhadap Dara. Ini yang menjadikan Aurangzeb tidak senang kepada saudara dan ayahnya atas perlakuan terhadapnya.

Ketidaksukaan Aurangzeb ini berakibat fatal, karena ia emudian menyusun kekuatan untuk merebut kekuasaan ayahnya dengan membawa kedua saudaranya yang lain, Sujak dan Nurad. Perang saudarapun tidak bisa di elakkan, Aurangzeb menangkap dan memenjarakan ayahnya di kamar tahanan dalam istana. Ini merupakan pengulangan sejarah kelam karena hal yang sama juga pernah di lakukan oleh Shah Jahan terhadap Jahangir pada periode sebelumnya.[15]

Dengan kemenangan dua saudaranya itu, akhirnya Sujak menjadi penguasa di Benggala, sedangkat Murad mengangkat dirinya sebagai penguasa di Ahmadabad. Tetapi Sujak dan Murad yang semua membantu Aurangzeb tetapi di masa selanjutnya keduanya juga berhadapan dengan Aurangzeb sendiri. Dan keduanya dapat di kalahkan oleh Aurangzeb. Dengan kemenangan tersebut kemudian Aurangzeb memproklamirkan dirinya sebagai raja Mughal menggantikan Shah Jahan pada tahun 1666 M.[16]

Kondisi politik terasa stabil di zaman Aurangzeb menjadi raja yang berjalan sekitar 50 tahun. Tetapi setelah ia meninggal dunia kerajaan Mughal memasuki masa kemundurannya,dengan problema politik yang terus berkelanjutan sebagaimana dijelaskan di depan. Pertikaian politik internal keluarga istana dan pemberontakan seolah tak pernah sepi dari kehidupan pemerintahan dinasti Mughal di India.

Sebagai akibat dari pertikaian di atas menyebabkan control terhadap wilayah kekuasaan daerah menjadi terabaikan.  Wilayah kekuasaan di daerah kerajaan Mughal satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintahan pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi  pemerintahannya masing-masing. Ia tentu sangat merugikan dinasti Mughal secara politis.

Kenyataan ini bisa dilihat misalnya wilayah Hiderabad yang akhirnya di kuasai oleh Nizam al Mulk, Maratas di kuasai Sivaji, Rajput menyelenggarakan pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab di kuasai oleh kelompok Sikh, Oudh dikuasai oleh Sadat Khan, Bengal di kuasai oleh Suja’ al Din,menantu Mursyid Qulli,penguasa Mughal yang di angkat oleh Aurangzeb. Sementara daerahpantai banyak dikuasai oleh para pedagang asing, terutama EIC dari inggris.[17] Kondisi ni betul-betul menjadi ancaman berat di periode-periode akhir dari pemerintahan ini.

Di samping factor politis di atas, kemunduran dinasti Mughal di India juga di sebabkan factor agama. Orang-orang India mayoritas beragama Hindu, sedangkan Islam agama minoritas pemeluknya,tetapi Islam di anut oleh para penguasa dan elitnya, walaupun penduduk biasa juga ada yang beragama Islam, tetapi secara kuantitatif tetap kalah jumlah dengan yang memeluk agama hindu.

Factor agama seringkali menjadi salah satu penyebab keretakkan pemerintahan kbar I.[18] bagi Akbar agama itu hanya gejala dari rasa tunduk  kepada dzat Yang Maha Kuasa. Berbagai macam nama agama, namun hakekatnya tetap satu. Karena itulah  Akbar berusaha untuk menyatukan inti agama-agama itu dengan konsepnya yang terkenal Din Illahi. Dengan demikian kalau dilihat setting social politik waktu itu,konsep Din Illahi ini bisa jadi ada muatan politik dalam rangka menyatukan masyarakat India yang memang heterogen.

Meskipun Akbar I sudah berusaha untuk menyatukan masyarakat India dengan Din Illahinya, tidak kemudian masyarakat india menjadi kondusif, sebab konsep pemikiran seperti ini masih menyisakan persoalan karena menyangkut masalah keyakinan, bahkan kalangan ulama konon justru mempertanyakan aqidah Akbar I. belumlagi bila ini di kaitkan dengan keagamaan penganut agama lain seperti agama Hindu yang di peluk oleh mayoritas India,inilah sebabnya meskipun konsep Din Illahi di gulirkan tetapi pemberontakan terhadap kerajaan Mughal tetap terjadi.[19]

bFaktor Eksternal

Apabila di perhatikan sesungguhnya factor eksternal ini tidak bias di lepaskan sama sekali dengan konflik yang terjadi di kalangan istana. Pertikaian dalam keluarga istana menjadi salah satu alasan yang menyebabkan pihak luar untuk terlibat dalam urusan istana. Pihak luar terkadang bersedia membantu tokoh yang mereka sukai untuk menjatuhkan lawan politiknya. Sehingga terkadang terjadi ada raja yang di angkat kemudian di turunkan.

Kondisi demikian kemudian di manfaatkan oleh golongan Hindu untuk melepaskandiri dari pemerintahan Mughal. Ketika Aurangzeb berkuasa saja mereka berani menentang pemerintah,apalagi pada masa kemunduran dinasti Mughal. Mereka pernah melakukan pemberontakan di bawah kepemimpinan Tegh Bahadur dan Gobind Singh dari golongan Sikh. Golongan Rajput memberontak pula di bawah pimpinan raja Undaipur Kaum Mahratas memberontak pula di bawah pimpinan Sivaji dan puteranya Simbaji.[20] Pada masa pemerintahan Aurangzeb,mereka masih bias di tumpas,karena pasukannya masih tangguh. Tetapi ini berbeda situasinya setelah Aurangzeb sudah tidak berkuasa lagi dan di gantikan anak keturunannya.

Orang-orang Hindu melakukan pemberontakan kembali ketika Mughal dalam pimpinan Bahadur Syah (Muazzam). Di bawah pimpinan yang bernama Banda,dan mereka berhasilmerampas kota Sadhapura di sebelah utara Delhi. Bukan itu saja,mereka juga berusaha merebut kota Sirhin dan melakuakan penjarahan serta perampokan terhadap penduduk yang beragama Islam. Demikian juga golongan Maratha di bawah pimpinan Baji Rao dapat merampas sebagian daerah Gujarat tahun 1732 M.[21] ketika orang-orang hindu bangkit,justru umat Islam Mughal mulai pada fase kemundurannya.

Ancaman juga dating dari wilayah Persia. Terutama sekali ketika Nadir Syah naik tahta. Saat itu Mughal di pimpin oleh Mahmud Syah. Oleh karena India dari duu sampai penguasa-penguasa terakhirnya waktu itu merupakan daerah yang luas dan kaya, menjadikannya menjadi incaran pihak lain.[22] Maka tidak heran jika kemudian  Nadir Syah segera mengirim dutanya untuk Delhi,akan tetapi raja Mughal tidak mau menerima kehadiran duta tersebut. Sikap Mahmud Syah ini membuat Nadir Syah mengambil keputusan menyerang Delhi. Kemudian Nadir Syah mengirim pasukannya ke India. Padatahun 1739 pasukan Nadir Syah dapat menaklukan Pesyawar dan Lahore kemudian pasukan ini terus menuju ibu kota kerajaan, dank arena pasukan Nadir Syah cukup kuat, maka hamper tidak ada perlawanan saat itu.[23]

Pada saat pasukan Mughal melakukan perlawanan terhadap pasukan Nadir Syah saatmemasuki Delhi, Nadir Syah kemudian mengizinkan pasukannya melakukan pembunuhan perampokan besar-besaran terhadap rakyat India. Kekayaan rakyat India dirampas oleh pasukan Nadir Syah. India seolah tidak berdaya, tetapi Mahmud Syah masih tetap di izinkan menjadi raja Mughal tetapi ia wajib membayar upeti kepada Persia.

Demikian juga negeri Afghan ketika di pimpin oleh Ahmad Khan Durrani di kabarkan juga pernah melakukan penyerangan terhadap Mughal. Saat pemerintahandi pegang oleh Ahmad Syah (1748-1754), Ahmad Khan Durrani berhasil menguasai Lahore,tetapi daerah ini di bebaskan oleh raja Alamghir (1754-1759 M), raja pengganti dari Ahmad Syah.

Oleh karena Lahore kembali ke tangan penguasa Mughal pada tahun 1757 M, ia akhirnya berhasil merebut Lahore, untuk kedua kalinya, Delhi dan Agra. Tetapi sejarah kembali terulang sebab pada masa beikutnya, ketiga wilayah inidirebut kembali oleh Alamghir. Inilah sebabnya Durrani melakukan serangan ulang pada tahun 1761 M.serangan orang Afghan kali ini betul-betul dahsyat sehingga Mughal mengakui kekuasaan Afghan,saat itu kepemimpinan Mughal berada di tangan Alam Syah (1759-1806).[24]

Situasi semakin parah ketika bangsa-bangsa Eropa sudah mencapai India untuk melakukan hubungan dagang. Di pantai selatan India terjadi persaingan dagang antara Portugis, Belanda, Prancis, dan Inggris. Dalam kompetisi dagang itu inggris lebih unggul, sehingga inggris mendapatkan izin untuk menetap di Bengal India Timur. Setelah mendapat izin dari raja Mughal, Inggris membentuk perserikatan dagang India Timur yang disebut The East India Company (EIC),dengan maksud menguasai sumber komoditi India. Dengan mendirikan EIC pada tahun 1600 M, inggris berangsur-angsur memperkuat kedudukannya dengan meminta izin membuka kantor dagang. Pada tahun 1608 M, Hawkins mendapat izin membuka kantor di Surat, kemudian Sir Thomas  di Malabar (1615 M) dan di Bombay ( 1668 M ), serta di Madras ( 1639 M ).[25] Ini semakin mengokohkan posisi Inggris di negeri India kala itu.

Pada saat terjadi instabilitaspolitik di pemerintahan Mughal, Inggris memanfaatkannya dengan mulai menggunakan kekuatan  bersenjata untuk memperluas wilayah  kekuasaannya dengan menyerang Benggala ( 1757 M ), kemudian daerah pesisir Timur India,selanjutnya ke Buxar (1764 M ), kemudian tahun 1799 MInggris menyerang Mysore di bawah pimpinan Willesly dan berhasil membunuh penguasa Mysore yang bernama Tippo, Alam Syah yang memerintah Mughal saat itu hanya sebagai boneka yang dapat di atur, dan hampir tidak memiliki otoritas yang berarti.

Meskipun selanjutnya penguasa Mughal berganti ke tangan Akbar II ( 1806-1837 M ), Inggris terus melakukan penjarahan dan merebut daerah di bawah kekuasaan Mughal,semua daerah yang dahulu di kuasai Mughal akhirnya jatuh ke tangan kekuasaan Inggris pada tahun 1857 M.

Periode Kehancuran Mughal   

Penguasa terakhir Mughal adalah Bahadur Syah II. Bahadur Syah II menyadari bahwa wilayahnya sudah di duduki Inggris. Pada saat yang kurang lebih bersamaan kalangan Hindu juga merindukan pentingnya kebebasan, dan pada saat itu pula terjadi kebangkitan gerakan Mujahidin di bawah pimpina Sayid Ahmad. Inilah kemudian mereka sepakat untuk bekerjasama menentang Inggris dan mengembalikan Bahadur Syah ke tahta kerajaan Mughal yang sebenarnya menjadi raja India. Ini berarti bahwa kedatangan Inggris ke India pun membawa kesengsaraan bagi masyarakat India pula.

Keepakatan di atas kemudian di wujudkan dengan penyerangan terhadap pasukan Inggris. Pada tanggal 10 Mei 1857 M, pasukan Hindu menyerang Inggris di Meerut 60 km sebelah Utra Delhi, dengan di bantu dengan gerakan Mujahidn. Dalam penyerangan itu banyak perwira Inggris yang terbunuh. Penyerangan di teruskan ke Delhi dan mereka berhasil menguasai kota dan serta memantapkan posisi Bahadur Syah sebagai raja India, dan untuk sementara kerja sama ini membuahkan hasil gemilang.[26]

Akan tetapi dalam babak berikutnya, dalam waktu yang tidak terlalu lama Inggris berusaha kembali untuk melumpuhkan gerakan tersebut. Akhirnya Inggris mengerahkan pasukan dalam jumlah yang besar. Inggris pun berhasil memukul mundur pasukan Hindu dan Mujahidin. Dan sebagai efek dari pemberontakan itu, Inggris kemudian memberlakukan hukuman yang kejam baik terhadap umat Islam maupun terhadap orang Hindu.

Oleh karena gerakan tersebut merupakan gerakan kerja sama antara orang Islam dan Orang Hindu di India, maka pihak Inggris kemudian menangkap pimpinan pemberontak baik dari Hindu maupun dari Mujahidin dan dieksodus keluar India, sementara pemberontak lainnya di usirdari Delhi. Tempat-tempatibadah dan gedung-gedung di hancurkan , kemegahan Mughal yang telah di bangun dalam masa pemerintahan Islam kemudian hancur tinggal puing-puing yang berantakan. Akhirnya kekuasaan Islam di bawah dinasti Mughal di Indiayang telah berkuasa selama lebih dari tiga abad itu berakhir di tangan orang-orang Inggris yang menduduki India.[27] 

DAFTAR PUSTAKA

·Fuadi imam,Sejarah Peradaban Islam,Depok Sleman Yogyakarta: Teras,2012

·Drs. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradapan Islam,AMZAH : 2013

·Tohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada


[1]Pemerintahan Islam  Mughal yang ada di  India, terdiri sekitar seperempat  abad setelah kerajaan Safawiyah . Dibandingkan dengan 2 kerajaan besar yang lain, Turki Usmani dan Safawiyah, terutama setelah jatuhnya Baghdad, kerajaan Mughal terbilang paling muda.

[2]Joesoef  Soeyb, Daulah Abbasiyah, Jilid II (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 238.

[3]Qureshi, “Muslim India before Mughal,” dalam P.M. Holt, ed., The Cambridge History of Islam, Vo. 2A (ttp: Cambridge University Press, 1989), h. 4.

[4]Lihat pada Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Cet . X (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), h. 145.

[5]Akbar S. Ahmed, Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, terjemahan Nunding Ram dan Ramli Yakub (Jakarta : Erlangga, 1992), h. 81-82.

[6] Fuadi imam,Sejarah Peradaban Islam (Depok Sleman Yogyakarta: Teras,2012 )

[7]Fuadi imam,Sejarah Peradaban Islam (Depok Sleman Yogyakarta: Teras,2012 )

[8] ibid

[9] ibid

[10]ibid

[11] ibid

[12] ibid

[13] ibid

[14] ibid

[15] ibid

[16] ibid

[17] ibid

[18] Ibid..

[19] Ibid..

[20] Ibid..

[21] Ibid..

[22] Ibid..

[23] Ibid..

[24] Ibid..

[25] Ibid..

[26] ibid

[27] Ibid..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar